Peran Pemimpin dalam Manajemen Lembaga Pendidikan

Peran Pemimpin dalam Manajemen Lembaga Pendidikan



PERAN PEMIMPIN DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN

Armila Sari
Jurusan Manajemen Pendidikan Islam

Abstrak
Didalam sebuah lembaga pendidikan tentu saja ada peran pemimpin dalam mengelola kegiatan manajemen atau administrasi nya. Didalam peran pemimpin disini merupakan prilaku atau tindakan yang dapat berpengaruh bagi orang lain serta diri sendiri, didalam aktivitas ini tentu hal yang postifi. Manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan melakukan empat fungsi – fungsinya. Jadi manajemen pendidikan merupakan keseluruhan proses kegiatan kerjasama dengan memanfaatkan personil dan materil yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan yang ditetapkan. Pada lembaga pendidikan pemimpin atau kepala sekolah merupakan salah satu tokoh yang sangat penting bagi dalam meningkatkan dan menciptakan kefektifan sekolah. Didalam manajemen pemimpin merupakan orang yang sangat berpengaruh untuk merencanakan, mengarahkan , mengatur, memotivasi, mengorganisasi, mengawasi, mengevaluasi,  para personil yaitu guru agar dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsi dengan baik.

Kata Kunci: Fungsi Manajemen Pendidikan, Peran Pemimpin

PENDAHULUAN
Sudah diketahui bahwa kepemimpinan dalam manajemen pendidikan sangat diperlukan didalam manajemen pendidikan karena pada dasarnya setiap instansi atau lembaga pendidikan diperlukan sebuah figur seorang pemimpin, alasan pemiliham judul didalam artikel ini adalah untuk mengetahui peran pemimpin, bagaimana manajemen pendidikan, dan faktor- faktor yang mempengaruhi efektifitas kepemimpinan didalam manajemen pendidikan.
Menurut Hastrop ( 1975) dalam Engkoswara dan Aan (2015: 89) menyetakan manajemen pendidikan adalah upaya seseorang untuk mnegarahkan dan memberi kesempatan kepada orang lain untuk melaksanakan pekerjaan secara efektif, dan menerima pertanggungjawaban pribadi untuk, mencapai pengukuran hasil yang dutetapkan. Didalam praktik melakukan manajerial dapat menggunakan kemampuan atau keahlian dengan mengikut suatu alur atau prosedur keilmuan secara ilmiah dan ada juga kerena berdasarkan pengalaman dengan lebih menonjolkan kekhasan atau gaya manajer dalam mendayagunakan kemampuan orang lain.
Dan sebelum memasuki peran pemimpin tentu saja harus mengetahui apa itu manajemen pendidikan, bagaiman fungsi manajemen pendidikan, bagaimana menjadi manajer pendidik. Untuk menjadi pemimpin sebagai manajerial di lembaga pendidikan juga harus memiliki kompetensi dalam memanajemen bidang garapan manajemen sekolah.
Didalam manajemen ini tentu harus ada peran pemimpin disini yaitu dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas pemimpin harus memberikan suara arahan dan bimbingan yang jelas, agar bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dan hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Selain itu kepemimpinan berkaitan dengan menentukan arah perubahan oleh pimpinan adalah memutuskan visi dan misi bagi masa depan dan menghubungkkannya dengan tindakan strategis. Bagaiamanapun strategi adalah rencana umum tentang tindakan yang menjelaskan alokasi sumber daya dan aktivitas lain dalam menangani lingkungan dan membantu lembaga sekolah mencapai sasarannya.
Dan selama proses kepemipinan didalamnya pemimpin itu menjadi atasan dijabatannya tentu saja pemimpin harus memberi contoh prilaku kepemimpinan yang positif dan harus melekat wewenang tanggungjawab menyusun program kerja, melaksanakan dan mengevaluasi dengan mengarahkan personil sekolag dalam melakukan program sekolah. Menurut Bush dn Coleman (2006:76) dalam Syafarudin dan Asrul (2015:73) secara khusus pemimpin diasosiasikan dengan pengembangan dan pengkomunikasian sebuah visi sekolah. Mengkomunikasikan sesuatu dalam visi sekolah yaitu diharapkan peran pemimpin mendorong dan meningkatkan keterlibatan dalam melaksanakan program kerja sekolah. Hubungan kepemimpinan tersebut guna menjadi dorongan perbaikan serta keefektifan kualitas sekolah.

KAJIAN TEORI
A.       Pengertian Manajemen Pendidikan serta Fungsi Manajemen
Istilah manajemen berasl dari bahasa Inggris dengan kata dasar “manage” yang berarti kelola, manajement berarti pengelolaan, yang berarti penggunaan sumberdaya secara efekktif untuk mencapai sasaran. Sedangakan pengelolaan merupakan proses yang memberikan pengawasan terhadap semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan, dalam konteks pendidikan, memang masih ditemukan konroversi penggunaan istilah manajemen, disuatu pihak ada yang tetap cenderung menggunakan istilah manajemen, sehingga terkenal dengan istilah manajemen pendidikan. Dalam modul ini penulis cenderung untuk mengidentikkan keduanya, sehingga kedua istilah ini dapat digunakan dengan makna yang sama. Selanjutnya, dibawah ini akan disampaikan beberapa pengertian umum tentang manajemen yang disampaikan oleh beberapa ahli.
Manajemen berasal dari kata “managio” yaitu pengurus atau “mangiare” atau melatih mengatur langkah-langkah. manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat, dan propesi. Karena itu manajemen merupakan sistem tingkah laku manusia yang koperatif dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan kepemimpinan yang teratur melalui usaha yang terus menerus dilandasi tindakan yang rasional, Parker Follet (Daft dan steers, 1986) dalam Yasartodo (2013:67) mendefenisikan manajemen sebagai “the art of getting things done through people” atau diartikan lebih luas sebagai proses pencapaian tujuan melalui pendayagunaan sumberdaya manusia dan materiel secara efesien (Buford dan Bedeian, 1988). Dari Kathryn, M. Bartol Dan David C. Martin yang dikutip oleh A.M. Kadarman SJ dan Jusuf Udaya (1995) dalam Yasartodo (2013:67)   memberikan rumusan bahwa : “Manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan melakukan kegiatan dari empat pungsi utama yaitu merncanakan (planning), mengorganisasi (organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan (controlling). Jadi manajemen adalah kegiatan yang berkesinambungan”. Sedangkan dari Stoner  dalam Yasartodo (2013:67) mengemukakan bahwa : “manajemen adalah peroses, perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.
Secara khusus dalam konteks pendidikan, Satori (1980) dalam Yasartodo (2013:67)  memberikan pengertian manjemen pendidikan dengan menggunakan istilah administrasi pendidikan yang diartikan sebagai “keseluruhan proses kerja sama dengan memenfaatkan semua sumber personil dan materil yang tersedia dan sesuai untuk mencapaarai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efesien”. Sementara itu Nawawi (1992) dalam Yasartodo (2013:67)    mengemukankan bahwa “administrasi pendidikan sebagai rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian uasaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara sistematis yang diselenggarakan dilingkungan tertentu terutama berupa lembaga pendidikan formal”. Meski ditemukan pengertian manajemen atau administrasi yang beragam, baik yang bersifat umum maupun khusus tentang kependidikan, namun secara esensial dapat ditarik benang merah tentang pengertian manajemen pendidikan, bahwa: (1) manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan ; (2) manajemen pendidikan memanfaatkan sebagai sumberdaya; dan (3) manajemen pendidikan berupaya untuk mencapai tujuan tertentu.
Yasartodo (2013:67) menjelaskan dalam pandangan-pandangan tersebut beberapa pendapat para ahli yaitu sebagai berikut:
1.         Longnecker dan Pringgle (1981) mendefiniskan “ Manajemen sebagai proses pengadaan dan pengkombinasian sumberdaya manusia, finansial dan fiisk untuk mencapai tujuan pokok organisasi.
2.        Menururt Mary parker Foulett seorang kontributor awal ari psikologi dan sosiologi manajemen “ The art of getting things done through people” yaitu kiat atau seni dalam mencapai suatu tujuan atau menyelesaikan sesuatu melalui bantuan orang lain.
3.        Albert Lepawsky manajemen adalah tenaga, kekuatan yang memimpin, memberi petunjuk, dan membimbing suatu organisasi dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.

Engkoswara (2015:87) menjelaskan manajemen merupakan suatu proses yang kontinu yang bermuatan kemampuan dan keterampilan khsusu yang dimiliki oleh sesorang untuk melakukan kegiatan baik secara perorangan ataupu bersama orang lain atau melalui orang lain dalam mengkoordinasi dan menggunakan segala sumber untuk mnecapai tujuan organisasi secar produktif, efektif, dan efisien.
Engkoswara (2015:87) menjelaskan bahwa pendidikan merupakan proses timbal balik anatar kepribadian individual dalam penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan. Yang dimaksud lingkungan pendidikan adalah suatu upaya yang diciptakan untuk membatu kepribadian individu tumbuh dan berkembang serta bermanfaaat bagi kehidupan.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka manejemen adalah suatu proses pemanfaatan sumber daya yang tersedia secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan suatu organisasi atau lembaga pendidikan. Konsep manajemen adalah menjalankan fungsi perencanaan, pengorganiasasian, penggerakan, dan pengendalian, pengawasan, menjadi suatu rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh dalam proses pendayagunaan segala sumber daya secara efisien disertai penetapan cara pelaksanaannya oleh seluruh jajaran dalam suatu organisasi untuk mencapi tujuan organisasi. Manajemen merupakan sutau proses yaitu sumber-sumber yang semula tidak berhubungan satu dengan lainnya, lalu diintergasikan menjadi suatu sistem yang menyeluruh untuk mencapai tujuan organisasi.
Maka jika dikaittkan dengan pendidikan konsep manajemen pendidikan dapat diartikan meupakan suatu proses pemnfaatan sumber daya yang tersedia di bidang pendidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan. Pemnfaatan sumber daya yang dimaksud lebih di titik beratkan pada sumber daya manusia, tanpa mengesampingkan sumber daya lainnya, yang berhubungan dengan pembimbingan, penggerakan, pengarahan kegiatan-kegiatan SDM itu sendiri didasarkan pada tujuan yang jelas. Artinya pencapai tujuan pendidikan dapat dilakukan dengan memberdayakan sumberdaya manusia sedemikian rupa sehingga seluruh potensi yang dia miliki dapat digunakan mencapai tujuan.
Engkoswara (2015: 87) menjelaskan manajemen pendidikan adalah suatu lapangan dari studi dan praktik yang terkait dengan organisasi pendidikan. Manajemen pendidikan merupakan proses manajemen dalam pelaksanaan tugas pendidikan dengan mendayagunakan segala sumber secara efisien untuk mencapai tujuan secara efektif.
Fungsi manajemen pendidikan Engkoswara (2015:92) menjelaskan kehadiran manajemen dalam organisasi adalah melaksanakan kegiatan agar suatu tujuan tercapai dengan efektif dan efisien. Dengan demikian fungsi manajemen dapat ditelaah dari aktivitas – aktivitas utama yang dilakukan para manajer yaitu perencanaan, pelaksanaan, penilaian.
Fungsi manajemen yang sesuai dengan profil kinerja pendidikan secara umum adalah melaksanakan fungsi planning,organizing, staffing, coordinating, leading, motovating, innovating, repoting dan cotroling. Namun demikian dalam operasional dapat dibagi dua yaitu fungsi manajemen pada tingkat makro/messo seperti Dapertemen dan Dinas dengan melakukan fungsi manajemen secara umum dan pada level instusi pendidikan mikro yaitu sekolah lebih menekankan pada fungsi planning, organizing, motivating, innovating, cotroling.
Yasartodo (2013: 85) fungsi manajemen yaitu pertama perencanaan, kemudian pengorganisasian. Setelah membuat pengorganisasian membuat variasi kegiatan dalam manajemen. Ada yang mengatakan dilakukan pencarian/sumber daya (staffing) kemudian dilajutkan dengan penggerakan pelaksanaan dengan melakukan pengarahan, pemberian motivasi, pengkordinasian dan diakhiri dengan pengawasan.
Ferdinand dan Idrus (2015:3) fungsi manajemen adalah proses kegiatan yang dilakukan oleh manajer dalam rangka mendayagunakan semua seumber daya untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Dalam hal ini yang sering digunakan yaitu fungsi, proses dan praktik. Proses ini meliputi banyak aspek akan tetapi lebih esensial yaitu perencanaan, pengoragnisasian, pemimpinan, dan pengawasan.



B.       Pengertian Peran Pemimpin
Pengertian Kepemimpinan Menurut Siagian (2002) adalah kemampuan seseorang untuk memengaruhi orang lain, dalam hal ini para bawahannya sedemikian rupa sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pimpinan meskipun secara pribadi hal itu mungkin tidak disenangi. Blancard dan Hersey (dalam Tohardi, 2002) Mengemukakan, kepemimpinan adalah proses memengaruhi kegiatan individu dan kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Upaya untuk mempengaruhi banyak orang melalui komunikasi untuk mencapai tujuan (Dubrin, 2000). Proses memberi inspirasi kepada semua karyawan agar bekerja sebaik mungkin untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Menurut Hasibuan (2006) menjelaskan bahwa Definisi Pimpinan  adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinanya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan. Dari defenisi tersebut di atas dapat diambil implikasi sebagai berikut : 
1.      Kepemimpinan menyangkut orang lain dalam hal ini bawahan atau pengikut, tanpa bawahan semua kualitas kepemimpinan menjadi tidak relevan. 
2.      Kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak seimbang antara pimpinan dan anggota kelompok. Dalam hal ini, pemimpinan mempunyai wewenang dalam mengarahkan pekerjaan untuk tercapainya tujuan. 
3.      Pimpinan harus mampu mengendalikan orang-orang dalam organisasi agar perilaku mereka sesuai dengan perilaku mereka sesuai dengan perilaku yang diinginkan oleh pimpinan. 
Peranan Perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu. Aspek dinamika dari status (kedudukan) apabila seseorang atau beberapa orang atau sekelompok orang atau oraganisasi yang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan jabatanya. Jadi dapat diartikan Peranan Kepemimpinan  Seperangkat perilaku yang diharapkan dilakukan oleh seseorang sesuai kedudukannya sebagai seorang pemimpin.
Syafarudin dan asrul ( 2015: 55) menjelaskan makna kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi orang lain mencapai tujuan dalam suatu situasi. Dengan hakikatnya kemepemimpinan juga merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain. Mengacu kepada Owens (1995:116) dalam Syafarudin dan Asrul (2015:56) menyatakan kepemimpinan adalah suatu kelompok fungsi yang terjadi hanya dalam proses dua orang atau lebih yang berinteraksi. Para pemimpin bermaksud memberi pengaruh terhadap prilaku orang-orang lain.
Peran kepemimpinan dapat berlangsung di dalam dan diluar sekolah. Karena itu salah satu peran strategis sesorang dalam organisasi selain sebagai manajer adalah sebagai pemimpin. Mengacu pada Robbins (1991:283) dalam Syafarudin dan Asrul (2015:59) peran adalah seperangkat pola prilaku yang diharapkan berkaitan dengan tugas seseorang dalam keududukan pada satu unit sosial.
Menururt Newell (1978:150) dalam Syafrudin dan Asrul (2015:59) menjelaskan bahwa peran adalah sama dengan prilaku dalam kedudukan tertentu dan mencakup prilaku itu sendiri dan sikap serta nilai yang melakat dalam prilaku. Maka disimpulkan bahwa peran ialah harapan-harapan yang merupakan ketentuan tentang prilaku atau aktivitas yang harus dilakukan seseorang dalam kedudukan tertentu, dan prilaku aktual yang diajalankan pada organisasi atau masyarakat.
Mengacu kepada Nanus (1992:15) dalam Syafarudin dan Asrul menjelaskan ada empat peran utama kepemimpinan yang efektif yaitu : sebagai agen perubahan, sebagai penentu arah, juru bicara, dan pelatih. Keempat peran ini secara bersama merupakan pekerjaan pimpinan visioner. Keempat peran kepemimpinan ini sama pentingnya untuk mencapai keberhasilan. Dalam menjalankan peran tersebut kepemimpinan dijalankan dengan dukungan kemampuan, sifat, dan kepribadian pimpinan untuk memperngaruhi.


 



PEMBAHASAN
Proses Fungsi Manajer dalam Manajemen Lembaga Pendidikan
Manajemen diartikan sebagai proses melaksanakan fungsi-fungsi manajemen sesuai tujuan manajemen sekolah. Manejemen adalah suatu proses pemanfaatan sumber daya yang tersedia secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan suatu organisasi atau lembaga pendidikan. Konsep manajemen adalah menjalankan fungsi perencanaan, pengorganiasasian, penggerakan, dan pengendalian, pengawasan, menjadi suatu rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh dalam proses pendayagunaan segala sumber daya secara efisien disertai penetapan cara pelaksanaannya oleh seluruh jajaran dalam suatu organisasi untuk mencapi tujuan organisasi. Manajemen merupakan sutau proses yaitu sumber-sumber yang semula tidak berhubungan satu dengan lainnya, lalu diintergasikan menjadi suatu sistem yang menyeluruh untuk mencapai tujuan organisasi.
1.         Perencanaan (Planning)
Perencanaan yang kata dasarnya “rencana” pada dasarnya merupakan tindakan memilih dan menetapkan segala aktivitas dan sumberdaya yan akan dilaksanakan dan digunakan dimasa akan datang untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan menghubungkan sejumlah fakta dan membuat serta menggunakan asumsi –asumsi mengenai masa depan, dipikirkan, dipilih dan ditetapkan aktivitas yang dianggap perlu dilakasanakan untuk mencapai jhasil-hasil yang diinginkan. Perencanaan mengacu pada pemikiran dan penentuan apa yang akaan dilakukan di masa depan, bagaimana melkukannya dan apa yang harus disediakan untuk melaksanakan aktivitas tersebut untuk tujuan secara maksimal. Dalam aktivitas tersebut untuk mencapai tujuan secara maksimal dalam kaitannya dalam pengambilan keputusan, perencanna dianggap sebagai tindakan mempersiapkan sejumlah untuk masa yang akan datang dengan jalan membuat keputusan-keputusan sekarang. Berdasarkan alr pemikiran ini, Anderson dan Bownman mendefinisikan perencanaan sebagai sesuatu proses mempersiapkan seperangkat keputusan bagi perbuatan masa akan datang. Melalui pengambilan keputusan inilah semua tindakan, cara melakukan aktifitas, sumberdaya yang dibutuhkan, dipikirkan, dipilih dan ditetapkan untuk sidikapi dan dijalankan dimasa depan untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan kajian konsep diatas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap kegiatan manajemen. Perencanaan juga dapat dikategorikan sebagai suatu proses, yaitu proses pemikiran dan penentuan segala sesuatu yang akan dilakukan dan digunakan dimasa yang akan datang. Sebagai suatu proses, penyusunan suatu perencanaan harus mengikuti tahap tertentu. Tahap perencanaan yang dimaksud adalah:
a.       Perumusan tujuan, pada tahap ini penyusun perencanan harus merumuskan tujuan yang hendak ducapai di masa yang akan datang. Tujuan yang harus dirumuskan tersebut ada yang sifatnya umum dan khusus. Tujuan umum merupakan tujuan jangka panjang yang relatif lama. Sementara tujuan khusus merupakan tujuan sementara pencapaiannya dapat dilakukan dalam waktu yang relatif singkat. Berdasarkan tujuan inilah nantinya dipikirkan, dipilih dan ditetapkan tugas-tugas pokok yang dianggap sesuai dengan pencapaian tujuan itu sendiri.
b.      Perumusan kebijaksanaan, yakni merumuskan bagaimana usaha untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya dalam bentuk tindakan yang terkoordinir terarah, dan terkontrol.
c.       Perumusan prosedur, yakni penentuan batas-batas wewenang dari masing-masing komponen yang dapat menghindari terjadinya tumpang tindih selama kegiatan dilaksanakan.
d.      Perencanaan skala kemajuan, yakni merumuskan atau menentukan standar hasil yang akan diperoleh melalui pelaksanaan aktivitas pada waktu tertentu baik yang sifatnya kuantitatif maupun yang kualitaif. Delam kegiatan manajemen berlangsung dapat diketahui apakah tujuan-tujuan yang sifatnya sementara tadi dapat dicapai atau tidak artinya, setiap saat dapat dikontrol hasil yang dapat diperoleh oleh masing-masing bidang kegiatan.
e.       Perencanaan yang bersifat menyeluruh, maksud setelah tahap a s.d d dirumuskan dengan baik, maka dapatlah disusun suatu perencanaan secara menyeluruh sehingga terbentuk sebuah perencanaan yang sempurna.
Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa perencanaan merupakan suatu proses yang berkesinambungan, dan tidak ada rencana yang bersifat final, tetapi selalu merupan bahan untuk diadakan perbaikan. Rencana yang sudah disusun dengan baik sesuai prosedur, akan mendapat k ebaikan taertentu selama rencana tersebut direalisasikan sesuai dengan situasi dan kondisi dimana dan kapan perencanaan tersebut dilaksanakan. Oleh karana itu rencana bukan merupakan kegiatan dan atau hasil terakhir daripada proses perencanaan. Dengan perkataan lain perencanaan adalah sutau catatan yang kompleks dari sejumlah keputusan yang salaing berkaitan yang dapat dibagi dengan  banyak cara yang berbeda-beda. Perencanaan yang sempurna dapat dihasilkan juga penyusunannya didasarkan prinsip-prinsip tertentu. Perinsip-prinsip merupakan syarat mutlak dalam setiap perencanaan. Persyaratan yang dimaksud terdiri dari:
a.       Harus didasarkan pada tujuan yang jelas, maksudnya semua komponen perencanaan dikembangkan dengan berorientasi pada tujuan yang jelas.\
b.      Bersifat sederhana, realitas dan praktis, maksudnya perencanaan yang dibuat tidak bersipat muluk-muluk. Tidak dikarang-karang.
c.       Terperinci, maksudnya harus membuat segala uraian yang klasifikasi kegiatan dan rangkaian tindakan yang akan dilaksanakan sehingga mudah dipedomani dan dijalankan.
d.      Memimiliki pleksibelitas, artinya perencanaan yang dibuat tersebut tidak bersifat kaku, melainkan mudah disesuaikan dengan situasi dan kondisi, serta kebutuhan sewaktu- waktu.
e.       Terdapat perimbangan antara berbai unsur atau komponen yang melibat dalam pencapaian tujuan sesuai dengan kepentingannya masing-masing.
f.       Diupayakan adanya penghematan sumberdaya serta kemungkinan diadakannya sumberdaya tersebut dimasa-masa aktivitas sedang berlangsung.
g.      Diusahakan agar tidak  terjadi duplikasi dalam pekasanaan, artinya terjadi tumpang tindih jenis atau macam kegiatan yang berakibat terjadi kemubaziran.
Dalam kaitan dengan dunia pendidikan, perencanaan memang peran yang sangat penting. Aktivitas pendidikan, khususnya dilembaga pendidikan formal. Tidak akan berjalan dengan baik jika diawali dengan perencanaan yang efektif lembaga pendidikan akan menemukan kedinamisannya jika perencanaan yang dibuat memenuhi persyaratan seperti yang dikemukakan di atas.
Yasartodo (2013:88) menjelaskan Dalam membuat perencanaan ini, manager harus mampu melihat pendidikan itu sebagai suatu sistem yang di dalamnya terdapat sejumlah unsur yang harus diberdayakan sesuai dengan fungsinya masing-masing sehingga tidak satu unsurpun yang merasa diperlakukan tidak pada tempatnya. Dibidang persekolahan perencanaan sekolah merupakan proses penetuan visi, misi, tujuan, sasaran, alat, tuntutan-tuntutan, taksir, pro-pos tujuan, pedoman, dan kesepakatan yang menghasilkan program program sekolah yang harus berkembang.
Tujuan perencanaan sekolah membantu sekolah menjelaskan pengelolan sekolah sekarang dan masa mendatang, mendorong dan mendukung partisipasi masyarakat, mendorong upaya ini sebagi bagian demokrasi pendidikan yang sudah menjadi tekad seluruh lapisan masyarkat dalam berbangsa dan bernegara. Komponen perencanaan sekolah mencakup kesiapan sumber daya manusia yang terkait mengelola sekolah, kualitas dan status sekolah, peraturan maupun kebijakan dan garis besar pedoman pelaksanaannya yang dirumuskan meliputi kerangka nasional dan otonomi sekolah, yaitu kebijakan pendidikan pada semua level dan jenis pendidikan mengacu pada tujuan pendidikan nasiolanl dalam konteks kesatuan dan persatuan bangsa dengan kualitas mengglobal.

2.         Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian diartikan sebagai kegiaan pembagi tugas-tugas pada orang yang terlibat dalam kerja sama sekolah, karena tugas-tugas ini demikian banyak dan tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja, tugas-tugas ini dibagi untuk dikerjakan oleh masing-masing unit orgaisasi. Kegiatan perorganisasian menentukan akan siapa yang melaksanakan tugas sesuai prinsip pengorganisasian. Gorton (1976 : 109) dalam Yasartodo (2013:89) mengemukakan : “salah satu prinsip pengorganisasian terbaginya tugas salam berbagai unsur organisasi, dengan kata lain pengorganisasian yang efektif membagi habis dan menstrukturkan tugas-tugas kedalam sub-sub atau komponen – organisasi secara propersional
Pengorganisasian adalah proses memilih orang-orang serta mengalokasikan sarana dan prasarana untuk menunjang tugas-tugas orang orang itu dalam organisasi mngatur  mekanisme kerja sehingga dapat menjamin pencapaian tujuan pengorganisasian Gibson, at al, (1982) dalam Yasartodo (2013:90) meliputi semua kegiatan manajerial dan dilakukan untuk mewujudkan kegiatan yang direncanakan menjadi suatu struktur tugas, wewenang, dan menentukan siapa yang akan melaksanakan tugas tertentu untuk mencapai tugas yang diinginkan organisasi. Dalam pengoranganisasian bukan hanya mengindentifikasikan jabatan dan menentukan hubungaa, melainkan yang paling penting adalah mempertimbangkan orang-orang nya dengan memperhatikan kebutuhan agar berfungsi dengan baik Koontz, at al. (1986) mengemukakan pengorganisasian adalah penetapan struktural peranan internal dalam suatu lembaga yang terorganisasi secara formal. Pengorganisasian yang efektif dapat membagi habis (merata) dan menstrukturkan tugas-tugas kedalam sub-sub komponen organisasi.
Efesiensi dalam pengorganisasian adalah pengakuan terhadap sekolah pada penggunaan waktu, uang, dan sumber daya alam yang terbatas dalam mencapai tujuannya, yaitu menentukan alat yang diperlukan, pengalokasian waktu, dana, sumberdaya sekolah. Keefektipan dalam pengorganisasian sekolah menggambarkan ketepatan pembagian tugas, hak, tanggung jawab, hubungan kerja bagian-bagian organisasi, dan menetukan personal (guru dan non guru) melaksanakan tugasnya. Keunggulan dalam pengorganisasian menggambarkan dalam kemampuan organisasi dan kepala sekolah melaksanakan fungsi dan tugasnya sehingga dapat meningakatkan harga diri dan kualitas sekolah. Terry (1977) mengemukakan bahwa pengorganisasian adalah tindakan mengushakan hubungan – hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efesien dan memproleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas- tugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu.
Kepercayaan yang saling melengkapi antara personal sekolah tentu dapat menyeimbangkan legitimasi, keefesienan, kefektipan, dan keunggulan sehingga sekolah dapat menciptakan suasan penuh harapan dan menyakini bahwa semua program dapat dilaksnakan mencapai tingkat prestasi yang tinggi. Langkah-langkah mendasar secara beruntun dalam mengorganisasikan program sekolah menurut Gorton (1976) yaitu menentukan tugas menentukan bara meter waktu dan kebutuhan, menentukan jabatan dan tanggung jawab, merinci hubungan kewenagan, merinci hubungan pengawasan, merinci hubungan komunikasi, identipikasi kebutuhan koordinasi dan kepenyusunan penetapan kriteria penilaian kerja (Sagala 2006)
Ada beberapa hal pokok atau prinsip yang dapat dipedoman dan diperhatikan dalam pengorganisasian sekolah yaitu prinsip pengorganisasian mempunyai tujuan yang jelas, tujuan organisasi dapat dipahami dengan jelas oleh setiap anggota organisasi. Tujuan organisasi harus dapat diterima oleh setiap orang dalam organisasi. Peinsip lainnya adanya kesatuan arah dari berbagai bagian organisasi, adanya kesatuan pemerintah, adanya kesimbangan antara wewenang dan tanggung jawab seseorang dalam melaksanakn tugasnya adanya pembagian tugas yang jelas, struktur organisasi di susun sesederhana mungkin pola organisasi relatif parmanen.
Pengorganisasian sekolah adalah tingkat kemampuan kepala sekolah bersama guru, tenaga kependidikan dan personal lainnya disekolah melakukan kegiatan manjerial untuk mewujudkan hasil yang direncanakan dan menentukan sasaran, menentukan struktur tugas, wewenang dan tanggung jawab, dan menentukan fungsi-fungsi setiap personal secara propersional sesuai tugas pokok dan fungsinya, sehingga terlaksanannya tugas pada berbagai organisasi. Pengorganisasian juga menentukan alat-alat yang diperlukan, pengalokasian waktu, dana sumberdaya sekolah yang lebih propersional.

3.         Penyusunan Pegawai (staffing)
Yasatodo (2013:92) menjelaskan Seperti fungsi-fungsi manajemen lainnya, staffing juga merupakan fungsi yang tidak kalah fungsinya yang tidak kalah pentingnya. Tetepi agak berbeda dengan fungsi lainnya penekanan dari unsur ini lebih difokuskan pada sumber manusia yang akan melakukan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan dan diorganisasikan secara jelas pada fungsi perencanaan dan pengorganisasian. Fungsi staffing sebenarnya sudah digarap sejak berlangsungnya fungsi planning dan organizing. Dalam pengorganisasian difikirkan dan dilaksanakan agar sumberdaya manusia yang akan menduduki posisi tertentu dalam struktural organisasi dipilih dan diangkat yang memiliki kecakapan dan kesanggupan yang sesuai dengan posisi yang dipegangnya prinsip “the right man ini the right place” menjadi pengangan utama dalam fungsi manajemen ini aktifitas yang diperlukan dalam fungsi ini antara lain menentukan, memilih, mengangkat/menentukan, membina/membimbing sumberdaya manusia dengan menggunakan berbagai pendekatan dan atau seni pembinaan sumberdaya manusia.

4.         Pengarahan (directing)
Pengarahan diartikan sebagi suatu usaha untuk menjaga agar apa yang  telah direncanakan dapat berjalan seperti yang dikehendaki. Artinya semua yang telah direncanakan sebelumnya hendaknya dapat direalisasikan sebagaimana seharusnya. Suharsimi (1989:14) dalam Yasartodo (2013:93) mengatakan “pengarahan adalah sebagai penjelasan, petunjuk serta pertimbangan dan bimbingan terdapat pada petugas yang terlibat baik secara struktural maupun fungsional agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar” dengan pengarahan stap yang telah diangkat dan dipercayakan melaksanakan tugas dibidangnya masing-masing tidak menyimpang dari garis/yang telah ditentukan.
Dalam pelaksanaaannya pengarahan ini sering kali dilakukan bersamaan dengan kontrolling (pengawasan). Sambil mengawasi manager sering kali memberi petunjuk bagaimana seharusnya pekerjaan yang harus dilakukan pengarahan harus dilakukan secara kesinambungan agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dapat merugikan atau menghambat kelancaran jalannya organisasi. Hasil pekerjaan stap yang dapat dinampakkan selama melaksanakan aktifitasnya dapat dipengaruhi oleh bagaimana cara manager memeberikan pengarahan itu sendiri.  Jika pengarahan yang disampaikan manager sesuai dengan kemauan dan kemampuan dari stap, maka stappun akan termotipasi kegiatannya memberdayakan potensinya dalam melaksanakan kegiatannya itulah sebabnya maka untuk melaksanakan pengarahan dengan baik, seorang manager diharapkan mampu menguasai teknik-teknik komunikasi yang efektif.

5.         Kordinasi (coordinating)
Yasartodo (2013:93) menjelaskan Pengorganisasian suatu aktifitas manager membawa orang-oranag yang terlibat dalam organisasi kedalam suasana kerja sama yang harmonis. Orang-orang yang terlibat tersebut dijadikan suatu kesatuan yang utuh, suatu tim word yang solid, sehinga tidak satupun diantara mereka merasa terpisah dengan yang lain dalam melaksnaakan pungsinya yang berbeda-beda sesuai dengan bidang masing-masing. Dengan adanya pengorganisasian dapat dihindari kemungkinan terjadinya persaingan yang tidak sehat dan kesimpangsiuran didalam bertindak orang yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi kordinasi ini mengajak semua sumberdaya manusia yang tersedia untuk bekerjasama menuju bekerja sama itulah sebabnya, menskipun telah diadakan suatu perencanaan dan tentang kegiatan yang harus dilaksanakan dalam suatu organisasi, serta telah disediakan orang-orang yang telah cakap untuk melaksanakan kegiatan teresebut, belumlah merupakan suatu jaminan akan terciptanya dan terpeliharanya kelancaran kerja, jika tidak disertai dengan pengkordinasian yang baik dari manager kordinasi diperlukan mengatasi kemungkinan terjadinya duplikasi dalam tugas, perebutan hak wewenang atau saling merasa lebih penting diantara bagian yang ada dalam organisasi. Dapat dilakuakan berbagai berbagai cara seperti: (1). Melaksanakan penjelasan singkat (briping), (2) mengadakan rapat kerja memberikan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis (3) memberikan balikan tentang hasil suatu kegiatan.

6.         Pencatatan dan pelaporan (recording and reporting)
Yasartodo (2013:94) menjelaskan Segala kegiatan organisasi pendidikan mulai dari perencanaan hingga pengawasan, bahkan pemberian umpan balik tidaklah memiliki arti jika tidak direkam dengan baik melalui pencatatan-pencatatan yang benar dan tepat. Semua proses atau kegitan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam organisasi pormal, seperti lembaga pendidikan, pada umumnya selalu dipertanggung jawabkan, pertanggung jawanban ini tidak dapat dilakukan dengan data –data tentang apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan dalam organisasi tersebut data data atersebut hanya dapat diperolah bila dilakukan pencatatan dan pendokumentasian yang baik.
Fungsi ini merupakan memegang peranan yang penting dalam menghasilkan kegiatan manajemen pendidikan. Fungsi ini umumnya lebih banyak ditangani oleh bagian ketatausahaan. Bidang inilah yang diharapkan dapat membantu manager mencatat segala sesuatu yang dilakukan dalam organisasi mulai dari hal-hal yang paling sederhana/kecil sampai kehal-hal yang komplek/besar. Hasil catatan ini akan digunakan manager untuk membuat laporan tentang apa yang telah sedang, dan akan dilakukan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Fungsi recording and reporting ini akan berhasil jika tata kearsipan dapat dikelola secara efektif dan efesien.

7.         Pengawasan (controlling)
Pengendalian manajemen menurut Stoler (1982:257) dalam Yasartodo (2013:95)  ialah proses melalui manager dapat memastikan bahwa aktifitas aktual sesuai dengan yang direncanakan, sedangkan proses pengwas pencatatan perkembangan kearah tujuan dan memungkinkan manager mendeteksi penyimpnagan dari perencanaan tepat pada waktunaya untuk mengambil tindakan korektif sebelum terlambat secara umum pengawasan dikaitkan dengan upaya mengendalikan membina dan pelurusan sebagai upaya pengendalian mutu dalam arti luas. Menurut Sutisna (1983:203) mengawasi ialah suatu proses dengan mana adminsiterasi melihat apa yang terjadi itu sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi jika tidak maka penyesuaian yang perlu dibuatnya. Sedangkan nawawi (1989:43) menegaskan bahwa pengawasan adminsterasi berarti kegiatan yang mengukur tingkat efektifitas kerja personal dan tingkat epesiensi penggunaan ,metode tertentu usaha mencapai tujuan.
Johnson (1973:74)  dalam Yasartodo (2013:95) mengemukakan pengawasan ialah sebagai fungsi sistem yang melakukan penyesuaian terencana mengusahakan agar penyimpangan-penyimpangan tujuan sistem hanya dalam batas-batas yang dapat ditoleransi. Pengawasn sebagai penendali perpormen petugas proses, dan out put sesuai dengan rencana kalaupun ada penyimpangan hal itu diusahakan agar tidak lebih dari batas yang ditoleransi pengawasan secara mendasar memperhatikan ukuran penampilan nyata terhadap secara mendasar penampilan mendeteksi penyebaran secara signifikan antara hasil dan harapan-harapan dan akhirnya mengambil tindakan perbaikan.
Penampilan mengidentifikasikan bahwa secara langsung berhubungan dengan strategi sekolah seperti input siswa mutu pengelolaan, mutu lulusan, respon masyarakat, dan seharusnya mungkin bisa menyediakan sinyal peringatan awal dari perjalanan panjang yang efektif pengawasan strategi sekolah sering disebut “sebab tugas dan fungsinya pengawasan dilakukan sebagai salah satu kegiatan mengetahui realisasi perilaku personal sekolah dan apakah jika pencapaian tujuan tersebut sesuai yang dikehendaki, apakah dilakukan perbaikan pengwasan meliputi pemeriksaan apakah sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat instruksi yang dikeluarkan dan prinsip yang ditetapkan pemerintah kenyataan menunjuk dalam institusi pendidikan dilihat dari praktek-praktek untuk mencapai aktivitas dan efesiensi, dan produktifitas. Tetapi lebih dititik beratkan pada kegiatan pendukung yang bersifat progress cheking. Tentu saja hal yang demikian bukanlah jawaban yang tepat untuk mencapai visi dan misi pendidikan, yang ujung-ujungnya perolehan mutu yang kompetitif menjadi tidak terwujud.
Membandingkan prestasi kerja dengan standar yang telah ditetapkan lebih dahulu adalah penting, untuk menentukan apakah ada penyimpangan (depisen) dan mencatat besar kecilnya penyimpangan, kemudian mengambil tindakan yang diperlukan, bahwa semua sumber sekolah dimanfaatkan secara efektif dan efesien. (Stoner:1982:258) mengintrogasi pendapat Mockler (1972) yang membagi pengawasan dalam empat langkah sebagaimana dideskripsikan pada gamabar 1 yaitu (1) menetapkan standar dan metode untuk mengukur prestasi, langkah ini mencakup penetapan standar dan ukuran untk segala macam keperluan, mulai dari pencapaian kurikulum samapai pada target pencapaian mutu lulusan. (2) mengukur prestasi kerja langkah ini merupakan proses yang berkesinambunagan, berulang-ulang yang prekuensinya tergantung jenis aktivitas yang sedang diukur kesalahan yang harus dicegah membiarkan berlalunya jangka waktu yang telah lama antara pengukuran dengan prestasi (3) membandingkan hasil yang telah diukur dengan sasaran dan standar yang telah ditetapkan sebelumnya (4) mengambil tindakan korektif, jika hasil-hasil yang dicapai tidak memenuhi standar dan analisis menunjukkan perlunya diambil tindakan korektif dapat berupa mengasdakan perubahan terhadap suatu atau lebih banyak aktifitas dalam operasi sekolah, atau terhadap standar yang telah ditetapkan semula.
Faktor-faktor seperti kemanagkinan personal, penerapan model-model mengajar (seperti cara belajar siswa aktif kurikulum berbasis konpetensi, dan sebaginya keamanan sekolah, perpormansi guru dan ketenaga kependidikan kualitas layanan belajar dikelas labotorium, perpustakaan, dan tempat lainnya) hubungan masyarakat dengan stake holder sekolah, mutu lususan dan sebagainya semua harus diawasi kulitas lulusan misalnya, diawasai dengan metode super pisi dan metode pengawasan kualitas menggunakan ilmu statistik.
Maka dalam proses melakukan fungsi manajemen sebagai manajer harus bisa dapat memahami dan menjalankan fungsi-fungsi seperti hal yang sudah dijelaskan. Jika seorang manajer sudah dapat menjalankan fungsi itu dengan baik maka lembaga pendidikan akan mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.

Peran Kepemimpinan Dalam Manajemen Pendidikan
Pengertian Kepemimpinan Menurut Siagian (2002) adalah kemampuan seseorang untuk memengaruhi orang lain, dalam hal ini para bawahannya sedemikian rupa sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pimpinan meskipun secara pribadi hal itu mungkin tidak disenangi.
Menurut Hasibuan (2006) menjelaskan bahwa Definisi Pimpinan  adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinanya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan. Dari defenisi tersebut di atas dapat diambil implikasi sebagai berikut : 
1.      Kepemimpinan menyangkut orang lain dalam hal ini bawahan atau pengikut, tanpa bawahan semua kualitas kepemimpinan menjadi tidak relevan. 
2.      Kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak seimbang antara pimpinan dan anggota kelompok. Dalam hal ini, pemimpinan mempunyai wewenang dalam mengarahkan pekerjaan untuk tercapainya tujuan. 
3.      Pimpinan harus mampu mengendalikan orang-orang dalam organisasi agar perilaku mereka sesuai dengan perilaku mereka sesuai dengan perilaku yang diinginkan oleh pimpinan. 
Peranan Perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu. Aspek dinamika dari status (kedudukan) apabila seseorang atau beberapa orang atau sekelompok orang atau oraganisasi yang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan jabatanya. Jadi dapat diartikan Peranan Kepemimpinan  Seperangkat perilaku yang diharapkan dilakukan oleh seseorang sesuai kedudukannya sebagai seorang pemimpin.
Syafarudin dan asrul ( 2015: 55) menjelaskan makna kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi orang lain mencapai tujuan dalam suatu situasi. Dengan hakikatnya kemepemimpinan juga merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain. Mengacu kepada Owens (1995:116) dalam Syafarudin dan Asrul (2015:56) menyatakan kepemimpinan adalah suatu kelompok fungsi yang terjadi hanya dalam proses dua orang atau lebih yang berinteraksi. Para pemimpin bermaksud memberi pengaruh terhadap prilaku orang-orang lain.
Peran kepemimpinan dapat berlangsung di dalam dan diluar sekolah. Karena itu salah satu peran strategis sesorang dalam organisasi selain sebagai manajer adalah sebagai pemimpin. Mengacu pada Robbins (1991:283) dalam Syafarudin dan Asrul (2015:59) peran adalah seperangkat pola prilaku yang diharapkan berkaitan dengan tugas seseorang dalam keududukan pada satu unit sosial.
Menururt Newell (1978:150) dalam Syafrudin dan Asrul (2015:59) menjelaskan bahwa peran adalah sama dengan prilaku dalam kedudukan tertentu dan mencakup prilaku itu sendiri dan sikap serta nilai yang melakat dalam prilaku. Maka disimpulkan bahwa peran ialah harapan-harapan yang merupakan ketentuan tentang prilaku atau aktivitas yang harus dilakukan seseorang dalam kedudukan tertentu, dan prilaku aktual yang diajalankan pada organisasi atau masyarakat.
Mengacu kepada Nanus (1992:15) dalam Syafarudin dan Asrul menjelaskan ada empat peran utama kepemimpinan yang efektif yaitu : sebagai agen perubahan, sebagai penentu arah, juru bicara, dan pelatih. Keempat peran ini secara bersama merupakan pekerjaan pimpinan visioner. Keempat peran kepemimpinan ini sama pentingnya untuk mencapai keberhasilan. Dalam menjalankan peran tersebut kepemimpinan dijalankan dengan dukungan kemampuan, sifat, dan kepribadian pimpinan untuk memperngaruhi.
Sebagai penentu arah ,pimpinan harus mengembangkan visi dan membagi kepada semua orang untuk mewujudkan. untuk memerankan sebagai agen perubahan , pemimpin harus mampu mengatisipasi perkembangan dunia luar, menilai impilikasi menciptakan persaan pentingnya prioritas perubahna melalui visi untuk pelaksanaan dan pemberdayaan orang menuju perubahan. Sebagai juru bicara , pmimpin mampu bernogsisasi dengan organisasi lainnya, membangun jaringan kerj, memberikan gagasan sumberdaya atau infomasi bagi organiasasi. Sedangkan sebagai pelatih, pemimpin harus memberdayakan staf dan pegwai agar bersemangat mengejar visi. Sebagai pemimpin juga menjadi suriteldan dalam usaha mewujudkan visi menjadi kenyataan.

Peranan Kepemimpinan Dalam Pendidikan, Peranan Pemimpin dalam organisasi yaitu
1.       Membantu menciptakan iklim sosial yang baik
  1. Membantu kelompok untuk mengorganisasikan diri
  2. Membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja
  3. Mengambil tanggungjawab untuk menetapkan keputusan bersama dengan kelompok
  4. Memberi kesempatan pada kelompok untuk belajar dari pengalaman
Dalam organisasi pendidikan antara lain adalah sekolah, secara formal Kepala sekolah adalah Pemimpin keseluruhan, Sehingga Kepala sekolah harus memahami Fungsi kedudukan, diantaranya:
1.       Membawa perubahan yang signifikan.
  1. Menciptakan Visi dan menuangkan Misi dalam kenyataan.
  2. Menetapkan kebijakan dan tujuan yang hendak dicapai
  3. Mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun dan menggerakkan seluruh anggota (Sumber daya) untuk mencapai tujuan yang telah disepaati bersama
Antara kepemimpinan dan manajerial tidak dapat dipisahkan. Pemimpin dalam memanage atau mengelola sekolah adalah mengatur agar seluruh potensi sekolah berfungsi secara optimal dalam mendukung tercapainya tujuan sekolah. Kepala sekolah mempunyai tugas merencanakan, mengorganisasikan, mengawasi, dan mengevaluasi, seluruh kegiatan pendidikan di sekolah. Berikut peranan Kepala Sekolah dalam tugas dan tanggungjawabnya :
1.       Mengatur proses belajar mengajar
  1. Memperkirakan dan mengalokasikan sumber daya
  2. Mengatur administrasi Sekolah
  3. Mengatur pembinaan kemuridan/kesiswaan
  4. Mengatur hubungan dengan masyarakat
Tujuan dari tindakan peranan pemimpin sekolah adalah tercapainya tujuan organisasi yakni :
Sumber daya (input)
1.       Pemilihan Kepala sekolah yang berkualitas
2.       Guru yang kompeten
3.       Peserta didik yang memenuhi standart seleksi Strategi sekarang (porses) Kinerja (output)

Peran Pemimpin dalam Manajemen Sumber Daya Manusia (MMSDM)Peranan seorang pemimpin dalam manajemen SDM adalah :
  1. Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen untuk memperoleh hasil yang ditargetkan yang telah menjadi kesepakatan bersama.
  2. Mengembangkan dan memperbaiki sistem agar program pengembangan mutu SDM berhasil sesuai harapan.
  3. Melaksanakan beberapa hal yang benar “People who do the right thing” (karakter seorang pemimpin) dan melaksanakan sesuatu secara benar atau disebut “People who do things right” (karakter seorang manajer).
  4. Menentukan suatu elemen manajemen mutu SDM yang dibuktikan nyata dalam pelaksanaan program untuk pencapaian tujuan.
Peran Pemimpin Dalam Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan dalam tinjauan perilaku mencerminkan karakter bagi seorang pemimpin. Untuk mengetahui baik tidaknya keputusan yang diambil bukan hanya dinilai dari konsekuensi yang ditimbulkannya, melainkan melalui berbagai pertimbangan dalam prosesnya. Kegiatan pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk kepemimpinan, sehingga:
  1. Teori keputusan merupakan metodologi untuk menstrukturkan dan menganalisis situasi yang tidak pasti atau berisiko, dalam konteks ini keputusan lebih bersifat perspektif daripada deskriptif
  2. Pengambilan keputusan adalah proses mental dimana seorang manajer memperoleh dan menggunakan data dengan menanyakan hal lainnya, menggeser jawaban untuk menemukan informasi yang relevan dan menganalisis data; manajer, secara individual dan dalam tim, mengatur dan mengawasi informasi terutama informasi bisnisnya.
  3. Pengambilan keputusan adalah proses memilih di antara alternatif-alternatif tindakan untuk mengatasi masalah.
Dalam pelaksanaannya, pengambilan keputusan dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu proses dan gaya pengambilan keputusan.Proses pengambilan keputusan, dilakukan melalui beberapa tahapan seperti:
1.       Identifikasi masalah
  1. Mendefinisikan masalah
  2. Memformulasikan dan mengembangkan alternative
  3. Implementasi keputusan
  4. Evaluasi keputusan
Peran Pemimpin Dalam Pembangunan Tim, Tim adalah kelompok kerja yang dibentuk dengan tujuan untuk menyukseskan tujuan bersama sebuah kelompok organisasi atau masyarakat.Unit kerja yang solid yang mempunyai identifikasi keanggotaan maupun kerja sama yang kuat

Peranan kepemimpinan dalam tim yaitu
1.       Memperlihatkan gaya pribadi
  1. Proaktif dalam sebagian hubungan
  2. Mengilhami kerja tim
  3. Memberikan dukungan timbal balik
  4. Membuat orang terlibat dan terikat
  5. Memudahkan orang lain melihat peluang dan prestasi
  6. Mencari orang yang ingin unggul dan dapat bekerja secara kontruktif
  7. Mendorong dan memudahkan anggota untuk bekerja
  8. Mengakui prestasi anggota tim
  9. Berusaha mempertahankan komitmen
  10. Menempatkan nilai tinggi pada kerja tim
Peran Pemimpin Sebagai Pembangkit Semangat Peran pemimpin dalam pemberian semangat dapat dilakukan dengan cara :
  1. Memberikan pujian dan dukungan
  2. Memberikan penghargaan berupa kata-kata dan insentif
  3. Penambahan sarana kerja
  4. Penambahan staf yag berkualitas
  5. Perbaikan lingkungan kerja
  6. Memberikan Drive/dorongan yang akan menghasilkan inisiatif, dan menimbulkan energi yang tinggi dan hasrat untuk berprestasi (Motivation)
  7. Menumbuhkan Self Confidence/percaya diri
  8. Knowledge/pengetahuan, pemahaman yang penuh tentang organisasi.

Peran Menyampaikan Informasi, nformasi merupakan jantung kualitas perusahaan atau organisasi. Penyampaian atau penyebaran informasi harus dirancang sedemikian rupa sehingga informasi benar-benar sampai kepada komunikan yang dituju dan memberikan manfaat yang diharapkan. Informasi yang disebarkan harus secara terus-menerus dimonitor agar diketahui dampak internal maupun eksternalnya. Monitoring tidak dapat dilakukan asal-asalan saja, tetapi harus betul-betul dirancang secara efektif dan sistemik.

Pemimpin harus menjalankan peran consulting baik ke ligkungan internal organisasi maupun ke luar organisasi secara baik, sehingga tercipta budaya organisasi yang baik pula. Sebagai orang yang berada di puncak dan dipandang memiliki pengetahuan yang lebih baik dibanding yang dipimpin, seorang pemimpin juga harus mampu memberikan bimbingan yang tepat dan simpatik kepada bawahannya yang mengalami masalah dalam melaksanakan pekerjaannya.

KESIMPULAN
Manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan melakukan empat fungsi – fungsinya. Jadi manajemen pendidikan merupakan keseluruhan proses kegiatan kerjasama dengan memanfaatkan personil dan materil yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan yang ditetapkan. Pada lembaga pendidikan pemimpin atau kepala sekolah merupakan salah satu tokoh yang sangat penting bagi dalam meningkatkan dan menciptakan kefektifan sekolah. Didalam manajemen pemimpin merupakan orang yang sangat berpengaruh untuk merencanakan, mengarahkan , mengatur, memotivasi, mengorganisasi, mengawasi, mengevaluasi,  para personil yaitu guru agar dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsi dengan baik.
Pengertian Kepemimpinan Menurut Siagian (2002) adalah kemampuan seseorang untuk memengaruhi orang lain, dalam hal ini para bawahannya sedemikian rupa sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pimpinan meskipun secara pribadi hal itu mungkin tidak disenangi.
Peranan Perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu. Aspek dinamika dari status (kedudukan) apabila seseorang atau beberapa orang atau sekelompok orang atau oraganisasi yang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan jabatanya. Jadi dapat diartikan Peranan Kepemimpinan  Seperangkat perilaku yang diharapkan dilakukan oleh seseorang sesuai kedudukannya sebagai seorang pemimpin.
Mengacu kepada Nanus (1992:15) dalam Syafarudin dan Asrul menjelaskan ada empat peran utama kepemimpinan yang efektif yaitu : sebagai agen perubahan, sebagai penentu arah, juru bicara, dan pelatih. Keempat peran ini secara bersama merupakan pekerjaan pimpinan visioner.
 DAFTAR PUSTAKA

Syafarudin dan Asrul, (2015). Kepemimpinan Pendidikan Kontenporer. Bandung: Ciptapustaka Media
Ferdinad dan Achmad, (2015). Pengantar Manajemen. Medan: Perdana Publishing
Yasartodo, (2013). Profesi Kependidikan. Jl William Iskandar: Percetakan Unimed
Engkoswara dan Aan, (2015). Administrasi Pendidikan. Bandung: Al-Fabeta
















Kategori

Kategori